- See more at: http://www.walman.org/2013/04/cara-membuat-efek-salju-bintang-berjatuhan-dan-daun-berguguran-di-blog.html#sthash.PhIcrwRq.dpuf

Halaman

monyet

Cute Rocking Baby Monkey Sumber Artikel Dari : http://info-kitaku.blogspot.com/2013/05/cara-membuat-animasi-kursor-di-blog.html#ixzz2TzPt1EO8

Minggu, 19 Mei 2013

EVOLUSI MANUSIA


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Hingga dewasa ini evolusi yang menyangkut manusia masih saja mengundang perdebatan yang sengit, meskipun mulai ada tanda-tanda pengertian bahwa manusia bukanlah makhluk yang dapat terbebas dari pengaruh perubahan lingkungan dan manusia tidak pula luput dari efek negatif perbuatannya dalam memanfaatkan alam sebagai sumber untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan inilah yang diungkapkan dengan kalimat “Bahwa manusia adalah bagian integral dari alam”. Kalau di masa lalu ulama Gereja, Uskub Oxford, yang bernama Samuel Wilberforce (1860), dengan kemarahan yang luar biasa membakar hadirin untuk membakar teori Darwin, maka dewasa ini orang dapat memahami teori tersebut, meskipun hal tersebut tidak berarti menyetujuinya.
Sementara orang awam berpendapat, bila benar manusia itu produk evolusi dan bila evolusi itu terus berlangsung seperti yang terjadi di masa lampau, maka keturunan manusia dikemudian hari adalah makhluk yang lebih sempurna dibanding dengan manusia masa kini. Sudah barang tentu hal ini sekedar di dasari pada pemikiran analogik belaka, tanpa ada kejelasan dalam hal apa kelebihannya dan bagaimana mekanismenya. Bagaimanapun hal ini mendorong para ahli untuk mencoba mengungkap kebenaran proses evolusi, melalui eksplorasi dari aspek Geologik, paleontologik, maupun arkeologik,disamping mulai diadakannya eksperimentasi dengan ilmu dan alat mutakhir yang dapat menunjang mempertajam bila perlu membenahi atau merombak gagasan evolusi. Mereka dapat melakukan hal ini dengan lebih terbuka
1.2.Rumusan Masalah,
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.      Bagaimana urutan perkembangan menuju manusia modern, dari mahkluk yang bipedal yang diduga menjadi leluhur manusia?
2.      Apakah yang dimaksud relung ekologik manusia adalah budayanya?
3.      Dalam hal apa saja manusia mempunyai potensi untuk menentukan arah evolusnya?



1.3. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dapat dirumuskan tujuan dari penulisan makalah ini adalahsebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui urutan perkembangan menuju manusia modern dari mahkluk bipedal yang diduga menjadi leluhur manusia.
2.      Dapat mengetahui pengertian relung ekologik manusia adalah budayanya.
3.      Untuk mengetahui dalam hal apa manusia mempuyai potensi untuk menentukan arah evolusinya.

1.4. Manfaat Penulisan
Berdasarkan penulisan makalah ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.      Manfaat teoritis, dari segi akademis, sebagai sarana pembanding bagi dunia ilmu pengetahuan.
2.      Menambah wawasan penulis dan pembaca
3.      Memberikan informasi tentang teori-teori mengenai terjadinya makluk pertama dan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca.










BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Perkembangan Manusia Modern dari Mahkluk Bipedal
Dalam pelacakan menuju perkembangan menuju manusia modern banyak dugaan yang timbul mengenai mata rantai mulai dari makhluk yang diduga sebagai pra manusia modern. Salah satu kemungkinan adalah menganggap bahwa garis tersebut dimulai dari Australopithecus - Homo habilis – Homo erectus (Pithecanthropus)  - Manusia Lembah Neander – Manusia Cro-magnon - Manusia modern. Pendapat yang lain adalah  bahwa Homo habilis lah yang merupakan titik mula leluhur manusia, yang bipedal, untuk selanjutnya dapat digambarkan sebagai berikut: Homo habilis – Manusia lembah Neander – Manusia Cro-Magnon – Manusia Modern atau dengan adanya ciri-ciri yang lebih manusia pada manusia Swanscombe maka kemungkinan urutannya menjadi Homo habilis – Manusia :”Swanscombe” (mempunyai ciri yang sama dengan manusia Swanscombe yang ditemukan di lembah sungai Thames) – Manusia Cro-Magnon – Manusia Modern. Masih banyak kemungkinan yang dapat terjadi.
Dari kemugkinan mata rantai tersebut kemungkinan yang lain adalah adanya kemungkinan pertukaran gena antara yang diduga sebagai leluhur manusia, yang hidup dalam saat yang bersamaan dan mempunyai relung (niche) yang sama. Ini berarti bahwa antara mereka yang hidup pada dimensi waktu yang jauh, keturunannya tidak mungkin untuk saling tukar-menukar gena, dan mereka disebut sebagai Chronospecies. Pengertian ini dilandasi oleh pengertian bahwa dalam perjalanan waktu, makhluk hidup dapat mengalami modifikasi, modifikasi berlanjut, ataupun mutasi kecil sehingga dalam dimensi waktu tertentu, suatu saat keduanya tak mungkin mengadakan pertukaran gena. Pengertian lain yang timbul adalah pengertian Biospecies, yang timbul dan berkembang dalam kurun waktu yang sama.
2.2. Relung Ekologik Manusia adalah Budayanya
Mengenai “kesadaran batin” sesungguhnya tidak hanya dijumpai pada manusia saja, tetapi memang bahwa kesadaran batin pada manusia merupakan bentuk paling tinggi, Evolusi yang menuju pada manusia modern, menurut Teilhard justru dimulai dari perkembangan internalnya, kemudian perwujudan keluarnya adalah sebagai suatu bentuk aksi pada lingkungan. Pada evolusi manusia berinteraksi dengan lingkungan, menunjukkan kecenderungan bahwa semakin muda usia geologik pendahulu manusia modern, semakin jelaslah peran “kesadaran batinnya”. Manusia tidak semata-mata beradaptasi terhadap lingkungannya. Hal ini mungkin benar pada Australopitesin, tetapi selanjutnya perkembangannya adalah terjadi suatu evolusi dalam mewujudkan relungnya (niche). Itulah sebabnya sementara para ahli berpendapat bahwa adaptasi manusia dalam perkembangan  evolusinya tidak semata-mata terhadap alam, tetapi juga terhadap lingkungan kulturnya.
2.3. Potensi Manusia Menentukan Arah Evolusinya
Evolusi “kesadaran batin” menurut Teilhard mencapai puncaknya pada manusia, dan ini terus berkembang samapai mendekati titik omega (w) yaitu mendekati sifat-sifat Tuhan. Kata mendekati harus digaris bawahi karena bagaimanapun sifat itu tidak pernah akan tercapai disamping itu menjadi pertanyaan besar, melihat keadaan dewasa ini, yang penuh dengan hingar-bingar, penyimpangan norma dan nilai-nilau luhur yang sudah menjadi tradisi, peperangan, perkosaan, dan segala macam kekerasan. Sampai-sampai kekerasan pun kini sudah melembaga. Hingga  manusia sekarang sudah tidak memiliki sifat-sifat yang lebih luhur dari nenek moyang kita leluhur manusia yang masih berbudaya alami.
Komunikasi yang terbuka, transportasi yang canggih, perubahan cara berpikir, bersikap dan bertindak memungkinkan terjadinya alur gena secara leluasa, bahkan bukan sekedar alur potensi tetapi sekaligus alur produk budayanya. Relung (niche) ekologik cenderung menjadi seragam namun semakin jauh dari sentuhan alam. Adaptasi, seleksi alam dan spesiasi tidak lagi semata-mata tergantung alam. Manusia cenderung untuk mengarahkan sendiri ciri-ciri keturunannya di masa datang.









BAB III
PENUTUP
1.1. Simpulan
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa usaha untuk melacak mata rantai proses evolusi manusia tidak cukup bila didasarkan oleh penemuan fosil  yang ada. Secara teoritik, genetika memberi peluang untuk memberi gambaran mata rantai evolusi. Namun gambaran harus lebih nyata  bila dipadu dengan pendekatan biokimiawi dan biofisikawi. Evolusi manusia di gerakkan oleh kekuatan internal dan lebih di sebabkan oleh perkembangan budanya daripada lingkungan alami, dan evolusi manusia diarahkan oleh manusia itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar