BAB I
PENDAHULUAN
Hingga
dewasa ini evolusi yang menyangkut manusia masih saja mengundang perdebatan
yang sengit, meskipun mulai ada tanda-tanda pengertian bahwa manusia bukanlah
makhluk yang dapat terbebas dari pengaruh perubahan lingkungan dan manusia
tidak pula luput dari efek negatif perbuatannya dalam memanfaatkan alam sebagai
sumber untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Keadaan inilah yang diungkapkan
dengan kalimat “Bahwa manusia adalah bagian integral dari alam”. Kalau di masa lalu
ulama Gereja, Uskub Oxford, yang bernama Samuel Wilberforce (1860), dengan
kemarahan yang luar biasa membakar hadirin untuk membakar teori Darwin, maka
dewasa ini orang dapat memahami teori tersebut, meskipun hal tersebut tidak
berarti menyetujuinya.
Sementara
orang awam berpendapat, bila benar manusia itu produk evolusi dan bila evolusi
itu terus berlangsung seperti yang terjadi di masa lampau, maka keturunan
manusia dikemudian hari adalah makhluk yang lebih sempurna dibanding dengan
manusia masa kini. Sudah barang tentu hal ini sekedar di dasari pada pemikiran
analogik belaka, tanpa ada kejelasan dalam hal apa kelebihannya dan bagaimana
mekanismenya. Bagaimanapun hal ini mendorong para ahli untuk mencoba mengungkap
kebenaran proses evolusi, melalui eksplorasi dari aspek Geologik,
paleontologik, maupun arkeologik,disamping mulai diadakannya eksperimentasi
dengan ilmu dan alat mutakhir yang dapat menunjang mempertajam bila perlu
membenahi atau merombak gagasan evolusi. Mereka dapat melakukan hal ini dengan
lebih terbuka
1.2.Rumusan
Masalah,
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.
Bagaimana urutan
perkembangan menuju manusia modern, dari mahkluk yang bipedal yang diduga
menjadi leluhur manusia?
2.
Apakah yang dimaksud
relung ekologik manusia adalah budayanya?
3.
Dalam hal apa
saja manusia mempunyai potensi untuk menentukan arah evolusnya?
1.3.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka
dapat dirumuskan tujuan dari penulisan makalah ini adalahsebagai berikut:
1.
Untuk mengetahui
urutan perkembangan menuju manusia modern dari mahkluk bipedal yang diduga
menjadi leluhur manusia.
2.
Dapat mengetahui
pengertian relung ekologik manusia adalah budayanya.
3.
Untuk mengetahui
dalam hal apa manusia mempuyai potensi untuk menentukan arah evolusinya.
1.4.
Manfaat Penulisan
Berdasarkan penulisan makalah ini,
diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1.
Manfaat
teoritis, dari segi akademis, sebagai sarana pembanding bagi dunia ilmu
pengetahuan.
2.
Menambah wawasan
penulis dan pembaca
3.
Memberikan
informasi tentang teori-teori mengenai terjadinya makluk pertama dan dapat
menambah ilmu pengetahuan bagi pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Perkembangan Manusia Modern dari Mahkluk Bipedal
Dalam pelacakan menuju perkembangan
menuju manusia modern banyak dugaan yang timbul mengenai mata rantai mulai dari
makhluk yang diduga sebagai pra manusia modern. Salah satu kemungkinan adalah
menganggap bahwa garis tersebut dimulai dari Australopithecus - Homo
habilis – Homo
erectus (Pithecanthropus) - Manusia Lembah Neander –
Manusia Cro-magnon - Manusia modern. Pendapat yang lain adalah bahwa
Homo habilis lah yang merupakan titik mula leluhur manusia, yang bipedal,
untuk selanjutnya dapat digambarkan sebagai berikut: Homo habilis –
Manusia lembah Neander – Manusia Cro-Magnon – Manusia Modern atau dengan adanya
ciri-ciri yang lebih manusia pada manusia Swanscombe maka kemungkinan urutannya
menjadi Homo habilis – Manusia :”Swanscombe” (mempunyai ciri yang
sama dengan manusia Swanscombe yang ditemukan di lembah sungai Thames) –
Manusia Cro-Magnon – Manusia Modern. Masih banyak kemungkinan yang dapat
terjadi.
Dari kemugkinan mata rantai tersebut kemungkinan
yang lain adalah adanya kemungkinan pertukaran gena antara yang diduga sebagai
leluhur manusia, yang hidup dalam saat yang bersamaan dan mempunyai relung
(niche) yang sama. Ini berarti bahwa antara mereka yang hidup pada dimensi
waktu yang jauh, keturunannya tidak mungkin untuk saling tukar-menukar gena,
dan mereka disebut sebagai Chronospecies. Pengertian ini dilandasi oleh
pengertian bahwa dalam perjalanan waktu, makhluk hidup dapat mengalami
modifikasi, modifikasi berlanjut, ataupun mutasi kecil sehingga dalam dimensi
waktu tertentu, suatu saat keduanya tak mungkin mengadakan pertukaran gena.
Pengertian lain yang timbul adalah pengertian Biospecies, yang timbul dan
berkembang dalam kurun waktu yang sama.
2.2.
Relung Ekologik Manusia adalah Budayanya
Mengenai “kesadaran batin” sesungguhnya
tidak hanya dijumpai pada manusia saja, tetapi memang bahwa kesadaran batin
pada manusia merupakan bentuk paling tinggi, Evolusi yang menuju pada manusia
modern, menurut Teilhard justru dimulai dari perkembangan internalnya, kemudian
perwujudan keluarnya adalah sebagai suatu bentuk aksi pada lingkungan. Pada
evolusi manusia berinteraksi dengan lingkungan, menunjukkan kecenderungan bahwa
semakin muda usia geologik pendahulu manusia modern, semakin jelaslah peran
“kesadaran batinnya”. Manusia tidak semata-mata beradaptasi terhadap
lingkungannya. Hal ini mungkin benar pada Australopitesin, tetapi selanjutnya
perkembangannya adalah terjadi suatu evolusi dalam mewujudkan relungnya (niche).
Itulah sebabnya sementara para ahli berpendapat bahwa adaptasi manusia dalam
perkembangan evolusinya tidak semata-mata terhadap alam, tetapi juga
terhadap lingkungan kulturnya.
2.3.
Potensi Manusia Menentukan Arah Evolusinya
Evolusi “kesadaran batin” menurut
Teilhard mencapai puncaknya pada manusia, dan ini terus berkembang samapai
mendekati titik omega (w) yaitu mendekati sifat-sifat Tuhan. Kata mendekati
harus digaris bawahi karena bagaimanapun sifat itu tidak pernah akan tercapai
disamping itu menjadi pertanyaan besar, melihat keadaan dewasa ini, yang penuh
dengan hingar-bingar, penyimpangan norma dan nilai-nilau luhur yang sudah
menjadi tradisi, peperangan, perkosaan, dan segala macam kekerasan.
Sampai-sampai kekerasan pun kini sudah melembaga. Hingga manusia sekarang sudah tidak memiliki
sifat-sifat yang lebih luhur dari nenek moyang kita leluhur manusia yang masih
berbudaya alami.
Komunikasi yang terbuka, transportasi
yang canggih, perubahan cara berpikir, bersikap dan bertindak memungkinkan
terjadinya alur gena secara leluasa, bahkan bukan sekedar alur potensi tetapi
sekaligus alur produk budayanya. Relung (niche) ekologik cenderung menjadi
seragam namun semakin jauh dari sentuhan alam. Adaptasi, seleksi alam dan
spesiasi tidak lagi semata-mata tergantung alam. Manusia cenderung untuk
mengarahkan sendiri ciri-ciri keturunannya di masa datang.
BAB III
PENUTUP
1.1.
Simpulan
Berdasarkan
pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa usaha untuk melacak mata rantai
proses evolusi manusia tidak cukup bila didasarkan oleh penemuan fosil yang ada. Secara teoritik, genetika memberi
peluang untuk memberi gambaran mata rantai evolusi. Namun gambaran harus lebih
nyata bila dipadu dengan pendekatan
biokimiawi dan biofisikawi. Evolusi manusia di gerakkan oleh kekuatan internal
dan lebih di sebabkan oleh perkembangan budanya daripada lingkungan alami, dan
evolusi manusia diarahkan oleh manusia itu sendiri.